MANADO, nyiurnews.com – Dalam kontestasi Pilkada Sulawesi Utara, Steven Kandouw (SK) muncul sebagai calon gubernur dengan program yang matang dan visi yang jelas untuk membangun daerah.
Sementara itu, kandidat lain justru terjebak dalam kekurangan ide dan gagasan. Mereka tidak mampu menawarkan konsep pembangunan yang konkret dan meyakinkan masyarakat.
Selain itu, krisis integritas yang mereka alami semakin memperburuk citra mereka sebagai pemimpin yang layak. Kandidat-kandidat ini bahkan dianggap tidak memiliki visi dan misi yang solid, menjadikan mereka miskin gagasan.
Menurut aktivis Sulawesi Utara, Jefrey Sorongan, fenomena ini memunculkan strategi politik yang bertujuan untuk mengelabui publik.
“Krisis seperti ini umumnya memaksa publik untuk membenci tokoh yang lebih sempurna. Kenapa? Karena kandidat yang menjadi idaman tidak mampu menawarkan visi dan program yang rasional. Kita amati netizen yang hari ini menyerang Steven Kandouw dengan frasa towo-towo adalah kelompok netizen yang mengalami keterbatasan mengakses rasionalitas gagasan, program, visi dan misi kandidat lain,” ujar Sorongan.
Sorongan menambahkan bahwa strategi ini digunakan oleh tim sukses kandidat lain untuk menutupi kelemahan kualitas dan kapabilitas calon mereka.
“Akar dari kebiasaan warganet ini karena calon-calon mereka tidak mampu meyakinkan pemilih dengan program.
Pendukung mengalami krisis kepercayaan diri dan pilihannya mengejek calon yang unggul dengan frasa basi. Istilah towo itu frasa basi dan hanya bisa dimengerti oleh orang-orang dengan intelektualitas rendah,” pungkas Sorongan. (***)