Penulis : Daud Elias Pangkey (Staf Khusus Bidang Pembinaan pengembangan Budaya Lokal)
Nyiurnews.com – Manado, Kota Perjuangan yang Menatap Masa Depan
Di tengah denyut nadi Kota Manado yang terus berkembang, polemik terkait revitalisasi Patung Monumen Dr. Gerungan Saul Samuel Jacob Ratulangi di Bundaran Wanea-Ranotana-Bethesda menjadi sorotan publik. Aksi ini, yang digagas oleh Pemerintah Kota Manado di bawah kepemimpinan Wali Kota Andrei Angouw dan Wakil Wali Kota Richard Sualang, memantik diskusi panjang di ruang publik.
Revitalisasi ini bertujuan untuk menyajikan ulang ikon pahlawan nasional tersebut dalam wujud yang lebih megah dan estetis. Namun, langkah tersebut menjadi seperti api di atas sekam, membelah opini warga antara penghormatan terhadap nilai sejarah dan inovasi demi mempercantik wajah kota.
Dr. Sam Ratulangi adalah sosok yang lebih dari sekadar figur historis. Ia adalah simbol perjuangan, kebangsaan, dan kemanusiaan, dengan filosofi hidupnya yang melegenda, “Si Tou Timou Tumou Tou.” Sosoknya tak hanya mewakili masa lalu, tetapi juga menanamkan semangat perubahan bagi generasi kini dan mendatang. Namun, revitalisasi patungnya, yang kini dibuat lebih besar dan megah dengan media perunggu, dianggap sebagian pihak mereduksi keluhuran sejarah patung lama yang dibangun tahun 1984.
Perubahan yang Mengguncang Sentimen Publik Pemindahan patung lama dari Bundaran Wanea ke Gerbang Bandara Internasional Sam Ratulangi di Mapanget juga menyisakan pertanyaan besar. Sebagian warga menganggap langkah tersebut sebagai bentuk inovasi yang visioner, namun tak sedikit pula yang mengkritiknya sebagai upaya mengaburkan jejak sejarah. Apalagi, patung lama karya maestro seni Alexander B. Wetik, yang telah menjadi ikon selama 40 tahun, memiliki nilai sejarah yang tak tergantikan.
Sejumlah entitas sosial dan budaya, mulai dari Masyarakat Sejarawan Indonesia Sulut hingga Forum Perupa Sulut, melayangkan kritik tajam terhadap kebijakan ini. Mereka menilai bahwa semangat revitalisasi harus tetap menghormati nilai-nilai cagar budaya dan memperhatikan proses dialog dengan berbagai pihak.
Menyeimbangkan Warisan dan Inovasi
Pemerintah Kota Manado menyampaikan bahwa revitalisasi ini bukanlah upaya untuk melupakan sejarah, melainkan langkah untuk mengukuhkan identitas kota sebagai etalase pariwisata Sulawesi Utara. Dua patung Sam Ratulangi kini menghiasi Manado, masing-masing di utara (Mapanget) dan selatan (Bundaran Wanea). Sebuah simbol bahwa semangat Sam Ratulangi tetap hadir mengawasi, melindungi, dan menginspirasi warganya.
Namun, ini bukan sekadar soal fisik patung. Ini tentang bagaimana sebuah kota dapat menjaga harmoni antara inovasi dan penghormatan terhadap sejarah. Proyek ini memaksa kita untuk bertanya, apakah kita sebagai bangsa sudah cukup bijak dalam menjaga warisan leluhur sambil tetap menatap masa depan?
Refleksi dan Harapan
Di tengah hiruk-pikuk kritik dan dukungan, ada satu hal yang perlu disadari: Dr. Sam Ratulangi adalah tokoh yang selalu mendukung perubahan demi kemajuan. Filosofinya, “Manusia baru disebut manusia jika bisa memanusiakan orang lain,” menjadi pengingat bahwa semangat dialog, penghormatan, dan kerja sama adalah kunci untuk membangun masa depan yang lebih baik.
Polemik ini, jika disikapi dengan bijak, justru dapat menjadi momentum bagi Manado untuk mengukuhkan dirinya sebagai kota yang menghormati sejarah sekaligus menciptakan inovasi. Revitalisasi bukan berarti meninggalkan masa lalu, melainkan menyuntikkan kehidupan baru dalam sejarah yang kita junjung tinggi.
Kesimpulan:
Patung Monumen Dr. Sam Ratulangi kini tak lagi sekadar karya seni atau bangunan. Ia menjadi simbol perjuangan antara modernisasi dan konservasi nilai-nilai sejarah. Kota Manado, dengan segala dinamika sosialnya, punya peluang besar untuk menjadi contoh bagaimana tradisi dan inovasi bisa berjalan seiring. Polemik ini harus menjadi cermin, bahwa dalam setiap keputusan besar, harus ada ruang untuk mendengar, memahami, dan menghargai semua pihak.
Manado telah memilih untuk melangkah maju. Kini saatnya semua pihak, termasuk pemerintah dan masyarakat, bersama-sama menjaga agar langkah tersebut tidak mengaburkan jejak sejarah, tetapi justru memperkokoh identitas sebagai kota penuh sejarah dan inovasi.













