Senjakala di Tepi Jurang: Hangusnya Sebuah Legenda
MANADO, NYIURNEWS.com – Tinoor kehilangan salah satu ikon terbesarnya. Rumah Makan Heng Mien, destinasi kuliner legendaris yang telah berdiri sejak 1950, kini hanya menyisakan abu dan puing-puing hangus. Siang yang tenang berubah mencekam ketika api mengamuk tanpa ampun, menelan habis tempat yang telah menjadi saksi perjalanan ribuan pelintas jalur Manado-Tomohon.
Pukul 14.00 WITA, kepulan asap pertama kali terlihat dari lantai bawah bangunan, tempat para pekerja beristirahat. Karyawan yang menyadari bahaya itu segera berteriak, memperingatkan semua yang berada di dalam. Dalam hitungan menit, rumah makan yang kala itu masih ramai pengunjung berubah menjadi arena kepanikan. Orang-orang berlarian menyelamatkan diri, meninggalkan piring-piring yang belum sempat kosong, sementara jilatan api terus menjalar, mengubah kenangan menjadi bara.

Petugas pemadam kebakaran dari Pemkot Tomohon tiba setengah jam kemudian, disusul bantuan dari Pemkab Minahasa. Namun, si jago merah sudah lebih dulu merajalela. Warga sekitar bahu-membahu, berusaha menahan api agar tidak merambat ke bangunan lain. Di antara asap pekat dan panas yang menyengat, mereka berjuang dengan ember dan selang seadanya, seolah ingin menyelamatkan lebih dari sekadar bangunan-mereka ingin mempertahankan sejarah.
Hingga pukul 15.40 WITA, sisa-sisa api masih berkobar. Petugas terus berjuang melakukan pendinginan, memastikan tidak ada bara yang tersisa. Kasat Reskrim Polres Tomohon, Iptu Stevi Sumolang, menyatakan bahwa penyebab kebakaran masih dalam penyelidikan. “Pemilik rumah makan masih dalam kondisi trauma dan belum bisa dimintai keterangan. Yang jelas, tidak ada korban jiwa, hanya kerugian materi yang cukup besar,” ujarnya.
Heng Mien bukan sekadar rumah makan. Ia adalah bagian dari sejarah panjang jalur Manado-Tomohon. Dari sebuah pondok kecil di pinggir jurang hingga menjadi destinasi kuliner legendaris yang bertahan lebih dari setengah abad, tempat ini telah menjadi rumah bagi banyak kenangan. Hidangan khasnya, dari kawok hingga peret, telah mengikat hati para pelancong dan warga setempat dalam satu kesatuan tradisi yang tak tergantikan. Kini, yang tersisa hanya puing dan ingatan.
Tinoor kehilangan salah satu permatanya. Namun, dari abu yang tersisa, semangat tetap menyala. Sejarah tak akan berakhir di sini. Mungkin, suatu hari nanti, dari reruntuhan ini, akan lahir kembali Heng Mien yang baru-meneruskan kisahnya, menjaga warisannya. Sebab legenda sejati tak akan pernah benar-benar padam.
Penulis: Donny Liow.
Editor: Novita Velove.













