Hanura Bersinar di Jantung Jakarta: Nurani Bangsa di Panggung Kota Global

Avatar photo
CAPTION FOTO: Di tengah semangat Jakarta sebagai kota global dan berbudaya, Partai Hanura tampil dengan karakter dan komitmen. Ketua Umum Dr. (H.C.) Oesman Sapta Odang bersama Sekretaris Jenderal Benny Rhamdani menegaskan: politik harus kembali ke nurani. Dirgahayu Jakarta ke-498, dari Hanura untuk Indonesia yang lebih bermartabat. (Foto. Istimewa)

Menjelang HUT ke-498 Jakarta—sebuah kota yang kini berdiri sebagai simbol globalisasi dan kebudayaan urban—Partai Hanura hadir bukan hanya sebagai entitas politik, tetapi sebagai denyut nurani yang membimbing arah bangsa. Di bawah komando kepemimpinan OSO dan Sekjen Benny Rhamdani, Hanura menunjukkan kelasnya: partai yang bukan sekadar ikut peta, tapi pembentuk arah sejarah.

JAKARTA, NYIURNEWS.COM — Jakarta tidak lahir dalam ruang hampa. Ia dibesarkan oleh perjuangan, dijaga oleh kesadaran, dan dibentuk oleh keberanian melawan arus zaman. Di tengah geliat kota yang bersiap menyambut HUT ke-498, Partai Hanura tampil dengan narasi kuat yang berbeda. Di bawah kepemimpinan Dr. (H.C.) Oesman Sapta Odang—seorang negarawan berwatak kuat yang tidak lekang oleh ujian waktu—Hanura hadir sebagai jangkar moral di tengah derasnya gelombang politik instan. Ia bukan partai yang menjual mimpi, melainkan institusi yang mengakar pada realitas dan mengangkat harkat rakyat kecil melalui jalan yang bernurani.

Peran vital Sekretaris Jenderal Benny Rhamdani tidak hanya menambah energi gerak partai, tetapi membentuk karakter kepemimpinan baru: tegas, berani, dan berpihak. Di tangannya, Hanura tidak dibiarkan menjadi penonton di tengah riuh kontestasi nasional, tetapi menjadi aktor perubahan yang menyodorkan gagasan, bukan sekadar janji. Dalam suasana menjelang perayaan Jakarta, Brani—sapaan akrab Benny Rhamdani—membawa pesan kuat bahwa Hanura tak sekadar merayakan kota, tapi mengukir makna tentang arah bangsa. Sebab Jakarta bagi Hanura bukan hanya ibu kota, tetapi simbol kebangsaan yang harus dijaga dengan kehormatan.

Sementara itu, peran Bendahara Umum Surpani Sulaiman menunjukkan bagaimana Partai Hanura menata kekuatan bukan dengan retorika, tetapi dengan sistem. Di bawah kepemimpinannya, urusan keuangan partai dikelola dengan akuntabilitas yang membanggakan. Bukan sekadar catatan angka, tapi cerminan komitmen partai pada transparansi dan kemandirian. Hanura hadir tidak untuk tunduk pada siapa pun, tetapi untuk berdiri di atas kaki sendiri. Dalam momentum Jakarta menuju usia ke-498, Hanura menyampaikan pesan tajam dan menyentuh: jika kota ini adalah jantung bangsa, maka Hanura adalah denyut nuraninya. (Don/*)