Ketika kepedulian tak sekadar janji, tapi menjadi napas pengabdian—Jeane Laluyan terus menegaskan bahwa politik adalah ruang untuk melayani, bukan menonjolkan diri.
Manado,NyiurNews.Com- Dalam panggung politik yang kerap riuh dengan sorak ambisi dan gema retorika kosong, Jeane Laluyan tampil berbeda. Ia tak datang membawa jargon megah atau janji berlapis retorika, melainkan kerja nyata yang berakar dari nurani. Setiap langkahnya di gedung dewan seperti denyut nadi yang berirama dengan denyut masyarakat—menghidupkan harapan di sela kebisingan politik yang kerap meninabobokan akal sehat publik. Jeane bukan sekadar legislator; ia adalah penganyam simpul-simpul kecil kepedulian menjadi kain besar pengabdian.
Ketika banyak yang sibuk menghitung pencapaian personal, Jeane memilih menenun kebermanfaatan sosial: memperjuangkan layanan publik yang lebih manusiawi, membuka akses masyarakat terhadap kesehatan dan pendidikan, hingga menyalakan semangat partisipasi perempuan dalam ruang-ruang pengambilan keputusan. Gaya kepemimpinannya lembut tapi tegas, seolah berkata pada dunia bahwa kasih dan ketegasan bisa berjalan beriringan. Di balik tutur yang bersahaja, ada keteguhan seorang ibu bangsa yang tak berhenti berjuang demi kesejahteraan rakyatnya.
(VIT)













