Dari Desa Rap-rap, gema kehidupan sehat bergema — saat para lansia diajak berdamai dengan usia, bukan menyerah pada rapuhnya tulang
MINUT, NyiurNews.com – Pagi di Desa Rap-rap terasa berbeda. Matahari memancar lembut di antara rerimbun daun kelapa, menari di wajah-wajah lansia yang berkumpul. Di sana, waktu seolah melambat. Tawa ringan dan langkah perlahan berpadu dengan semangat baru—sebuah upaya sederhana namun bermakna: menjaga tubuh agar tetap tegap walau tahun terus menua.
Di tengah suasana hangat itu, Sentra Medika Hospital Minahasa Utara hadir bukan sebagai tamu, melainkan sahabat yang mengerti bahasa tubuh dan hati. Melalui kegiatan bertema “Makanan Sehat Cegah Osteoporosis”, rumah sakit ini menyalakan lentera kesadaran: bahwa menjadi tua tidak harus identik dengan menjadi rapuh. Rugayu Taher, Amd.Gz, sang ahli gizi dengan tutur lembut menjelaskan, “Tulang kita selalu berbicara, hanya saja kita sering lupa mendengarnya.” Kalimat itu menggema, seolah menepuk bahu setiap peserta agar mulai mendengarkan bisikan tubuhnya sendiri.
Tak berhenti pada teori, kegiatan ini juga menyentuh sisi paling manusiawi: kepedulian. dr. Charisma Lumingkewas dan Frenky Dirk Awuy melakukan pemeriksaan tulang belakang, memastikan setiap lansia punya hak untuk bergerak tanpa nyeri, untuk berdiri tanpa takut retak. dr. Ivan Wijaya Widiatomo, MARS, Direktur Sentra Medika Hospital Minut, menegaskan misi rumah sakitnya bukan sekadar menyembuhkan, tetapi menyemai semangat hidup sehat. “Tua adalah seni merawat kehidupan,” katanya, “dan makanan sehat adalah kuas yang menorehkan warnanya.” Dari kegiatan sederhana ini, Sentra Medika membuktikan: kesehatan bukan hanya soal tubuh yang kuat, tapi jiwa yang mau terus tumbuh.
( VIT )













