Nyiurnews.com — “Memilih pemimpin ibarat memilih kemudi, yang keliru arah akan menghanyutkan. Maka kenalilah, lihat lebih dalam, karena bukan hanya janji yang akan memandu,” ujar Delbert Mongan, seorang dosen UNIMA.
Di tengah gempita Pilkada, masyarakat Sulawesi Utara diingatkan untuk melihat dengan mata hati, melampaui gemuruh suara media sosial yang kadang menyisakan bayang-bayang informasi palsu. Karena benar, pemimpin bukan sekadar jabatan, tapi arah bagi sebuah generasi.
Dalam hiruk-pikuk ini, muncul dua sosok yang dikenal bukan hanya karena nama besar, tetapi prestasi yang diraih dengan jerih payah: Steven Kandouw dan Denny Tuejeh (SK-DT). Dua nama yang berdiri tegak, bukan karena warisan, tetapi hasil dari ketekunan dan pengabdian. Sebagai putra Minahasa, Steven Kandouw mengukir namanya di Universitas Indonesia, sebuah pencapaian yang pada zamannya hanya diraih oleh mereka yang benar-benar unggul. “Di kala itu, untuk lolos UI bukanlah perkara mudah,” kenang Brayen Rumengan, pemimpin Jaringan Anak Milenial Minahasa Hebat. “Pendidikan di sana bukan hanya soal akademis, tapi karakter. Dan Steven lulus dengan gemilang.”
Dari sana, Steven menapaki dunia politik dan menjadi Ketua DPRD Sulut, hingga dipercaya sebagai Wakil Gubernur Sulawesi Utara. Di dalamnya tersimpan ketulusan untuk membangun tanah kelahirannya, jauh dari gemerlap pencitraan semata. Begitu pula Denny Tuejeh, lulusan Akademi Militer yang melesat hingga pangkat bintang tiga tanpa cacat, sosok yang dikenal setia dan teguh. Ia tak hanya seorang prajurit, tetapi seorang pemimpin yang jauh dari hiruk-pikuk konflik dan teladan bagi Kodam XII/Merdeka. Seperti pepatah lama, “Tak ada jalan mudah menuju puncak; hanya yang berjalan lurus yang akan sampai.”
Zefanya Lintuuran menambahkan, “Di tangan mereka, kami berharap tak hanya infrastruktur, tapi juga keluarga-keluarga Sulut dapat berdiri kokoh. Karena kerap kali, persoalan di masyarakat berakar dari keluarga yang rapuh.” SK-DT memahami tantangan ini. Keduanya menjaga rumah tangga dengan kasih, memberikan teladan bagi generasi muda, sebuah kebijakan yang lebih besar daripada janji di atas panggung.
Di tengah keberagaman Sulawesi Utara, baik Steven maupun Denny menunjukkan komitmen yang kuat dalam merangkul setiap agama dan budaya. Generasi muda Muslim seperti Alfira Mokodompit merasa dihormati, bahkan saat Lebaran atau Safari Ramadhan. “Pak Steven dan Pak Denny orangnya hangat, seperti keluarga. Mereka memahami dan menghormati keberagaman kami dengan tulus,” ungkapnya.
Dengan segala prestasi dan kearifan mereka, Steven dan Denny berjalan di jalur yang dirintis oleh kerja keras, bukan pengaruh. Jabatan yang mereka emban adalah hasil prestasi, bukan pemberian atau kompromi. Sebagaimana tertulis dalam Amsal 11:3, “Orang yang jujur dipimpin oleh ketulusannya, tetapi pengkhianat dirusak oleh kecurangannya.” Demikianlah mereka, SK-DT, pemimpin yang hidup dalam terang ketulusan, siap membimbing Sulawesi Utara menuju masa depan yang lebih cerah.
Memilih pemimpin adalah memilih jalan hidup. Maka, kenalilah keduanya, bukan hanya dari panggung dan janji, tetapi dari hidup yang penuh arti, karena pemimpin sejati lahir dari prestasi yang dicapai dengan kebersahajaan dan kebenaran.
(Penulis: Donny/*)