JAKARTA | NYIURNEWS.com – Hidup memang penuh lika-liku. Bagi komedian senior Nunung, roda kehidupan berputar begitu cepat. Dari puncak kejayaan dengan rumah megah dan aset berlimpah, kini ia harus rela melepas semuanya demi bertahan. Tanpa banyak diketahui orang, Nunung dan suami telah tujuh bulan hidup sederhana di sebuah kamar kos. Sebuah realitas yang mencerminkan bahwa kehidupan tak selalu seperti yang tampak di layar kaca.
Tak ada lagi rumah nyaman yang telah menjadi tempat berteduh selama sembilan tahun. Keputusan itu berat, tetapi harus diambil. “Kita ngekos, kalau ngontrak pasti beli perabotan lagi, repot,” ungkapnya dalam program Pagi Pagi Ambyar di Trans TV. Bukan hanya rumah, hampir seluruh aset yang dimiliki pun telah terjual, menyisakan satu hunian di Solo untuk keluarga. Tidak ada kemewahan yang tersisa, hanya perjuangan untuk tetap bertahan dan memenuhi kebutuhan yang terus membengkak.
Beban terbesar yang harus ditanggung Nunung bukan sekadar keuangan, tetapi juga kesehatannya yang terus membutuhkan perawatan intensif. “Saya harus berobat terus, enggak boleh putus,” tuturnya. Biaya medis yang begitu mahal menjadi alasan utama di balik keputusan besar ini. Demi kesehatannya, demi keluarga, tak ada pilihan lain selain mengorbankan apa yang selama ini telah dikumpulkan.
Dalam kehidupan, sering kali kita diuji pada titik terendah. Nunung bukan sekadar kehilangan aset, tetapi juga harus menghadapi kenyataan bahwa hidup mewah yang pernah dimilikinya kini hanya menjadi kenangan. “Ya pasti berat, tapi yang penting keluarga di Solo sudah nyaman, kita di Jakarta ngekos saja,” ucapnya. Sebuah kalimat sederhana, tetapi menyiratkan ketegaran seorang perempuan yang tetap berdiri kokoh di tengah badai kehidupan.
Kisah ini bukan sekadar cerita tentang jatuh bangunnya seorang artis, tetapi juga pengingat bahwa hidup selalu penuh dengan ketidakpastian. Jika seorang Nunung, yang bertahun-tahun menghibur jutaan orang, harus menghadapi cobaan seberat ini, maka siapa pun bisa mengalami hal serupa. Hidup bukan tentang seberapa banyak yang kita miliki, melainkan seberapa kuat kita bertahan ketika kehilangan segalanya. (Don/Om Lole*)
